Kalau Elon Musk mau masuk Indonesia, ya bagus.
Tapi kalaupun enggak, memangnya kenapa? Kok ketergantungan banget sama Elon Musk?
Kenapa nggak bangun industri kita sendiri saja?
Apakah industri masa depan itu cuma industri mobil listrik saja? Kalaupun iya, apakah produsen mobil listrik itu cuma Tesla?
Kita sebenarnya bisa bangun industri teknologi tinggi sendiri, bahkan tanpa Elon Musk.
Anak-anak bangsa yang pintar dan berkemampuan tinggi itu banyak.
Contoh paling gampang, inget kan waktu Jokowi beli moge produksi anak bangsa? Itu motor yang bangun ya orang kita sendiri.
Saya sendiri ada kenalan di Indonesia yang bisa bikin moge sendiri dari awal. Bahkan kalau sparepart ada yg ilang, bisa bikin sendiri (dia punya machine shop sendiri).
Umpama anak-anak bangsa kita masih kurang di bidang teknologi IT dan AI, bisa dipelajari.
Kalau mau diseriusin, anak-anak bangsa yang cerdas bisa dikirim belajar di luar negeri, lantas disuruh kembali untuk transfer ilmu.
Atau datangkan instruktur2 dari luar untuk transfer ilmu ke anak-anak bangsa terpilih kita.
Anak-anak muda yang dipilih tentu yang mau mentransfer ilmu di Indonesia. Juga dipilih jangan yang mabok agama, tapi yang berpikiran sehat dan waras.
Dan anak-anak muda tersebut juga harus diajari caranya membangun perusahaan sendiri, terutama yang berbasis koperasi pekerja.
Jangan lagi ada anak-anak muda yang cerdas, yang saat lulus cuma mau cari kerja di perusahaan gede. Itu mentalitas yang sudah ketinggalan jaman.
Mentalitas anak-anak muda kita harus diasah ke arah mentalitas wiraswasta.
Dan anak-anak muda kita juga sebenarnya harus disadarkan bahwa yang namanya koperasi itu sebenarnya canggih. Cuman aja belum banyak yang nyadar.
Yang cerdas-cerdas banyak.
Yang perlu kita lakukan adalah menjauhkan anak2 kita yang cerdas dari mentalitas-mentalitas ngawur. Pergaulan mereka jg perlu kita awasi.
Kalau dngn generasi milenial ke atas kita sudah terlambat, ya yg bisa kita lakukan adalah membina mereka2 yg lebih muda dri generasi milenial.
Generasi milenial dan yg sebelumnya kelihatannya memang sudah banyak yg terpengaruh semangat main politiknya generasi2 orba dan penerusnya.
Bagaimana cara membangun industrinya?
Mulai dari desa. Ini penting, agar ekonomi kita bergerak dari desa, jangan lagi di kota2 yg sudah terlalu penuh.
Program Dana Desa bisa dimanfaatkan sebagai penggerak awal, dijadikan salah satu pilihan akses permodalan.
Bentuk usahanya? Kalau saya yang ditanya, tentu saya akan jawab Koperasi.
Lebih spesifik lagi, Koperasi Pekerja. Yang dimiliki dan dijalankan bersama-sama oleh para pekerjanya. Yang khusus bergerak dalam bidang industri pilihan.
Bisa industri mobil listrik, atau industri robot2 pertanian, industri pertanian 4.0, atau apapun itu.
Dan koperasi-koperasi pekerja yang bergerak dalam bidang industri ini sebaiknya jangan bersaing, tapi bekerjasama. Berfederasi, sehingga membentuk satu organisasi raksasa, federasi koperasi industri se-Indonesia.
Ini akan jadi seperti perusahaan industri raksasa skala nasional yang cabangnya ada di tiap wilayah Indonesia, di pedesaan.
Dimulai dari industri-industri kecil di desa-desa, bersatu, berfederasi, berkolaborasi, dan akhirnya menjadi raksasa industri di Indonesia.
Terapkan metode ini dalam berbagai bidang industri, maka pada saatnya nanti, Indonesia akan jadi negara industri yang kuat. Dengan industrinya dimiliki oleh rakyat, sehingga kesejahteraan lebih merata.
Saya jg nggak pernah berpikir bahwa rencana ini mudah. Perlu waktu, mungkin puluhan tahun.
Tapi bentuk koperasi pekerja ini bukannya tidak ada. Sudah banyak, dan banyak yg sukses. Bahkan ada yg sudah jadi perusahaan raksasa.
Dan dengan peraturan UU Cipta Kerja, akan lebih mudah utk menciptakannya.
Saya nggak ngomong ini dalam jangka setahun atau 10 tahun ke depan.
Tapi setidaknya 30-50 tahun ke depan. Dengan kemajuan teknologi skrg, mungkin bisa diakselerasi lebih cepat lagi.
Jadi ini harus dimulai dari sekarang2 ini.
Tapi kalau kita hanya pesimis terus, bukannya mulai dengan mendidik sebanyak mungkin generasi muda tentang berkoperasi, dan menginisiasi usaha2 koperasi pekerja kita sendiri, kapan lagi?
Saya nggak pernah bilang mewujudkannya bakal mudah. Tapi juga bukan mustahil.
Yang jelas, saya melihat potensi, di saat orang2 kebanyakan cuma melihat masalah.
Tapi kalau kita cuma bisa berkomentar sinis dan nggak bisa melihat kemungkinan yang ada di balik apa yg kelihatan sekarang, ya memang kita nggak bakal ke mana2.
Kompilasi komentar Tony Gede pada https://seword.com/umum/saat-archandra-ungkap-alasan-tesla-lebih-memilih-s4POzaoZlo